Baru tau kalo ada cerita manis di balik pembuatan Upin dan Ipin.
Jadi, Burhanuddin Mohd Rahzi adalah seorang pekerja di perusahaan minyak besar di Malaysia. Karena sering berhasil meloloskan kongsi, karier Burhanuddin melejit. Uangnya pun bejibun.
Ketika kantor tempat dia kerja makin berkembang, dia malah resign. Gak kuat, kerjaannya pasti nambah. Di masa pensiunnya, dia cuma suka main golf doang. Leha-leha lah pokoknya. Tapi duitnya makin banyak karena dia punya saham kantor lamanya itu. Perusahaan berkembang, sahamnya pun ikut tumbuh. Dompet pun makin tebelll
“Mau kau apakan kekayaan itu?” Tanya Ainon sang istri.
Burhanuddin malah bingung dan nanya balik ke istrinya.
“Mending kita bikin film. Kalau kita yang buat pasti bagus.” Kata istrinya yang emang hobi sama seni dan film.
Awalnya, Burhanuddin ragu karena dia gak punya pengalaman di bidang film. Tapi, dia percaya istrinya. Dia pengen nyenengin istrinya. Berkarya bareng. Mereka pun mulai pertaruhan terakhir mereka di dunia bisnis dengan mendirikan Les Copaque, studio animasinya Upin dan Ipin.
Cerita serupa juga ada di Cocomelon. Pendirinya adalah suami istri. Suaminya film maker, istrinya ilustrator. Awalnya mereka bikin video animasi sederhana sekedar buat diputer ke anaknya. Tapi ternyata banyak bgt yang suka. Akhirnya mereka bikin perusahaan animasi Treasure inc yang menghasilkan video-video “nyandu” buat balita.
Gak heran, kalo Upin-Ipin dan Cocomelon bisa disukain banget. Kalo suami-istri uda ‘main-main’ bareng di kerjaan, hasil karyanya bisa disebut buah hati juga gak sih?
Tinggalkan Balasan