Aku melihat seorang lelaki di lorong sepi
mencari kawan-kawan pergi bermain lebih dulu.
Ia menggowes sepeda biru putih sambil bernyanyi.
Ini tengah malam.
Ia berhenti di tengah jalan menanggapi kicauan burung di pohon belimbing. “Apa yang dinyanyikan ibu nyamuk saat meninakbobokkan anaknya?”
Ia tidak sendiri lagi, ia berkawan gema tawanya sendiri.
Lalu gerimis turun. Ia menghitung jumlah rintik yang mengenai wajahnya sambil menerka-nerka, benarkah gerimis yang ditabung bisa menjadi lautan.
Ia menunduk dan melihat genangan
muncul keinginan untuk melakukan hal-hal yang tidak patut seperti membakar kebun, merobek-robek boneka, atau melempar batu besar ke arah ketua kelasnya yang suka mencatat anak-anak yang ribut. Keributan adalah pangkal kehidupan, katanya.
Byarrrr!
Batu di tangan ia banting.
Ia menunduk dan melihat genagan. Mengasihani sosok yang dilihatnya, seolah-olah itu bukan dirinya.
Tinggalkan Balasan