Hidup sebagai Prasmanan | #30hbc2309

Setiap gagasan, idealisme, atau gaya hidup yang orang-orang tawarin, gue liat sebagai sebuah meja prasmanan.

Kalo tertarik, gue bisa ngambil piring dan ngeliat-liat isi nampan, lalu mengambil menu yang cocok untuk gue atau yang menarik perhatian.

Sebenernya, kita gak pernah dipaksa buat makan semua yang di prasmanan. Gue bisa mengabaikan menu yang gak gue suka, nyicip makanan yang bikin penasaran, dan ngambil banyak makanan yang ternyata gue suka.

Piring setiap orang berisi menu yang berbeda, porsi yang berbeda. Orang-orang yang berbeda selera, bisa makan di pesta yang sama.

Ada kalanya, gue ketemu teman, keluarga, tamu lain, atau tuan rumah yang menuntun gue buat nyobain ini-itu. Tapi di putaran kedua dan seterusnya, gue bebas nentuin mana yang mau gue ambil.

Prasmanan mengajarkan gue tentang kecukupan dan kelebihan. Makanan yang disajikan selalu melimpah. Bisa kita lahap sepuasnya selagi ada. Tapi piring yang ada di tangan gak seluas nafsu di pikiran. Begitu juga kepala, dan hati. Walau bisa nerima banyak asupan, tetep butuh waktu buat mencerna.

Yang gue makan akan membentuk diri gue. Setelah makan di prasmanan, seharusnya gue lebih enteng menghadapi dunia di luar pesta.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: