Kita semua sering menyangka kalau setiap kali ada krisis atau bencana, orang-orang bakal melakukan apapun untuk menyelamatkan diri. Termasuk dengan cara-cara yang superegois dan barbar.
Dugaan itu emang gak salah, karena toh kita udah sering juga lihat langsung. Tapi, nyatanya, orang-orang ngawur pas masa krisis itu hanya sebagian kecil saja (walau kadang dampaknya gede ya). Buku Humankind: Sejarah Penuh Harapan yang bilang gitu. Sejarah membuktikan bahwa setiap kali ada krisis besar, orang-orang justru cenderung untuk menyelamatkan diri bersama. Yes, bukan menyelamatkan diri sendiri-sendiri. Di antara keterpurukan itu, bakal muncul gerakan-gerakan kecil dari bawah untuk saling bantu dan berbagi kekuatan.
Ternyata, naluri untuk ngebantu orang terdekat yang kesusahan itu udah ada sejak kita bayi. Mungkin emang ada di DNA kita, karena itu berkaitan dengan bertahan hidup. Gue tahu fakta ini setelah nonton dokumenter Babies di Netflix. Dalam salah satu episodenya, ada penelitian ke beberapa anak 2 taun. Si peneliti pura-pura kesulitan mengambil pulpennya yang jatuh di depan anak yang lagi bermain. Yang kita kira, bocil-bocil itu bakal terus asik sama mainannya. Tapi ternyata semua bocil yang dites, berjalan ke arah pulpen yang jatuh, mengambilnya dan memberikannya ke si peneliti. Saat melihat adegan itu, gue mengucap manisss panjang dalam hati.
Masa-masa pandemi ini juga memperlihatkan sisi terbaik solidaritas warga. Ada banyak warga–termasuk gue–yang sempat pontang-panting mencari oksigen, tapi ada banyak juga warga yang dari jauh ngebantu dengan cara bikinin database lokasi pengisian oksigen. Gak sedikit juga tuh toko oksigen yang nambah persediaan, dan malah menggratiskan layanannya. Cerita-cerita kebaikan ini di masa sulit ini jadi kayak air dingin pas lagi makan rujak.


Jadi, jangan heran pas melihat angka-angka di billboard Kitabisa ini. Sepanjang 2021 kemarin, emang ada banyak banget orang baik di sekitar kita. Orang-orang itu, mungkin, gak masuk ke radar kita, tapi yang mereka lakuin turut ngebuka jalan yang tadinya ketutup. Pokoknya, solidaritas warga di berbagai daerah gak pernah surut.
2021 adalah tahunnya kita merayakan kebaikan.
BTW, ijin terharu bahagia untuk bilang kalo billboard-billboard di atas adalah iklan besar pertama gue 😆. Gue seneng bisa ikut ngapresiasi kebaikan orang banyak di berbagai daerah, dengan cara kreatif gini. Waktu sesi penggilingan copy, proses utak-atik kata sempet sampai kebawa mimpi.
Kapan-kapan gue ceritain proses kreatif lebih lanjut.
O ya, kalian bisa lihat iklan-iklan akhir tahunnya Kitabisa lainnya di media sosial Kitabisa.
Tinggalkan Balasan