Penulis Kelontong – #30hbc2203

Ilustrasi penulis kelontong

Gue suka banget sama istilah penulis kelontong yang dicetuskan oleh Dea @salamatahari, temen baik gue sesama penulis. Pas pertama kali membaca istilah itu di sebuah posting-nya Dea, gue langsung kirim DM penuh antusias: “Dea, gue pengen pake istilah penulis kelontong itu di bio gue. Boleh kah?”

Dea tentu mempersilakan.

Beberapa lama sebelum gue menemukan istilah penulis kelontong itu, gue membaca sebuah artikel di buku kumpulan kolom bahasa. Si penulis cerita tentang sejarah istilah pedagang atau toko kelontong. Asal muasalnya sangat menarik bagi gue. Konon, dulu kala, para pedagang perabot dan kebutuhan sehari-hari suka berkeliling sambil membunyikan tambur kecil. Bunyi tambur ‘kelontong-kelontong’ itu dipakai untuk menarik perhatian.

Lama kelamaan, para pedagang kelontongan itu pun sukses dan bisa membuka toko. Walau udah gak pakai tambur mini lagi, toko mereka tetap disebut toko kelontong.

Siang tadi, gue ngebahas topik ini sama Dea. Kami bertukar alasan mengapa menyukainya. Dan inilah yang membuat gue suka dengan penulis kelontong:

Ilustrasi penulis kelontong – (Gambar saya temukan di https://zeinamegot.com/menilik-sejarah-di-balik-toko-kelontong/ )

Tentang sehari-hari. Esensi dari toko kelontong adalah mereka menjajakan segala kebutuhan sehari-hari. Sedikit-banyak, itu mirip dengan yang gue lakukan dengan menulis. Sebagai copywriter, gue menulis untuk kebutuhan sehari-hari perusahaan. Sebagai pehobi nulis, gue suka banget menulis tentang hal-hal yang lekat dengan keseharian. Kelontong adalah tentang merayakan keseharian.

Kata jelata. Kalian mungkin tau kalau gue suka sama kata-kata yang ada di belakang truk atau mobil bak. Salah satu alasannya, para pemilik truk itu menggunakan kata-kata biasa, kata-kata sehari-hari, untuk mengemas suara hati mereka.

Kata kelontong pun kesannya jelata. Gak sophisticated atau gedongan lah pokoknya. Toko kelontong pun hadir dengan cara sederhana untuk membantu konsumen menengah.

Pencuri Perhatian. Penggunaan tambur dan bunyi ‘kelontongan’ itu adalah bentuk kreativitas sederhana untuk menarik perhatian orang banyak. Kerjaan penulisan gue pun kerap kali digunakan untuk mencuri perhatian audiens. Jadi sebenernya, copywriting dan tambur itu sama adanya.

Sampai waktu yang belum ditentukan, gue akan senang mencantumkan predikat ini di bio media sosial dan blog.

Oh ya, ada satu lagi alasan kenapa gue suka sama istilah penulis kelontong: gue akan gampang kenyang tuh pas nulis. Soalnya, gue akan menulis sambil menuju lontong. uhuy.

Satu tanggapan untuk “Penulis Kelontong – #30hbc2203”

  1. Kita ini memang jiwa proletar banget, ya, Kiw, kalau cari makan juga ngejernya selalu yg merakyat, jalan-jalan carinya yang merakyat, sampai ngasih nama buat profesi semerakyat mungkin :)))

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: