Merekomendasikan kalian untuk membaca novel Bermain Rahasia karangan Ardi Yunanto. Pas pertama kali judulnya aja gue langsung suka. Apalagi buku ini diterbitin sama Banana. Pasti maknyus ceritanya.
Gue juga cukup penasaran sama novel ini karena sepengamatan gue, Ardi Yunanto itu kiprahnya di tulisan non-fiksi. Gue ngikutin Ardi selama dia di ruangrupa, Jurnal Karbon, dan majalah Bung. Ardi beberapa kali terlibat di terbitan Banana, tapi namanya muncul sebagai desainer. Jadi, penasaran aja gimana jadinya karya fiksinya
Novel kecil ini bercerita tentang Adinda yang pulang ke rumahnya setelah sekian lama. Hubungan ia dan orangtuanya, terutama bokap, gak baik. Adinda bahkan menyimpan kekecewaan kepada bokapnya.
Namun, di kepulangan itu, Adinda menginap lebih lama dari biasanya. Adinda menemukan tas masa kecilnya yang selalu ia sembunyikan. Dari penemuan itu, Dinda pun masuk ke ‘mesin waktu’ dan enyusuri masa kecilnya. Ia menengok kembali cuplikan-cuplikan masa yang begitu berarti dan bahkan membentuk dirinya sekarang.
Adinda menemui Bang Aji, ojek langganannya dulu, dan bertanya banyak hal kepada Bik Inah, asisten rumah tangganya yang setia.
Masa kecil Adinda menyimpan banyak rahasia. Adinda menyembunyikan banyak hal dari orang tuanya, termasuk kesenangannya bermain dengan anak pinggir komplek dan kebiasaannya menghabiskan waktu di sebuah rumah penuh buku yang dinamai Rumah Jambu.
Adinda pun menjalani masa kecilnya dengan rahasia-rahasia yang disembunyikan darinya oleh orangtua. Rahasia-rahasia itu besar. Rahasia-rahasia masa lalu itu berimbas pada kacaunya hubungan Adinda dengan keluarga, dan cara Adinda memandang dunia.
Membaca novel mini ini gue jadi terlempar juga ke masa kecil dan jadi mikirin juga hubungan gue dan orangtua.
Gue menjalani masa kecil dengan asik sendiri. Bokap-nyokap adalah orang kantoran. Selama mereka di kantor, gue keluyuran di dunia gue. Sadar gak sadar, kebiasaan itu bikin gue merawat ruang tertutup yang makin lama makin besar.
Ortu gue tahu kalau gue suka bermain, tapi mereka gak tahu banyaknya waktu yang gue habiskan dengan bermain rahasia. Begitu pun sebaliknya, orangtua gue juga punya ruang sendiri yang mereka kasih jarak lebar dengan anak-anaknya.
Ya, kita tumbuh bersama rahasia.
Sedikit-banyak, novel ini bikin gue merawat kebiasaan baru. Setiap kali pulang ke rumah ortu, gue coba lebih banyak bercerita dan mengajak ortu cerita.
Mereka makin hari makin tua. Gak tega kalau mereka jadi memendam banyak rahasia hanya karena gak sempat menyampaikannya.
Tinggalkan Balasan