Surat Hilang

Namaku Tri. kelas lima SD. hari ini aku bolos demi bisa ikut ibu ke kantor Pos

Kami bukan ke loket depan sebagaimana orang lain. Kami menuju tempat para pengantar surat bekerja sebelum berangkat ke rumah-rumah

“Saya mau nanya,” kata ibu tanpa permisi,”Adakah surat untuk saya, yang belum terkirim?” .

Pak Pos yang kemudian kami tahu bernama Yusuf, menjawab

“Nama Ibu siapa?”

“Siti, Pak.”

“Di dalam satu kotak ini saja sudah ada tiga ‘Siti’ yang saya temui. Nama panjang ibu siapa?”

“Siti…”

“Yaudah, nama pengirimnya siapa deh? Nanti saya cari.”

“Dari Wi…”

Aku membuat ibu menghentikan kata-katanya itu. Aku tarik-tarik tangannya ketika ia mulai menyebut nama Bapak. Di pojok ruangan, aku lihat ada pria berkumis mengernyitkan dahi dan melempar pandangannya ke kami

“…Ah, nggak, Pak. Bukan dari siapa-siapa.”

Samar-samar, aku mendengar pria berkumis di pojok memanggil rekannya. Aku mendengar mereka menyebut “buron” dan “presiden”.

Aku tak tahu apa itu buron. Tapi aku tahu apa itu presiden. Guru sejarah pernah cerita, di negara kita ini, cuma ada dua sosok yang masih hidup saat digambarkan untuk lembaran rupiah. Yaitu orang utan, dan presidenku itu

Teman-temanku menganggap itu sebagai cerita jenaka, aku mendengarnya sebagai cerita misteri

Tak lama kemudian, tiba-tiba lewat seorang pria dari dalam. Aku tak sempat melihat mukanya karena ia tinggi sekali. Aku melihat derap langkahnya, cepat dan berdebam

Ibu menoleh melihat pria itu juga. Lalu aku, ibu, dan Pak Yusuf menoleh ke bawah. Ada sobekan kertas jatuh dari tangan si pria

Astaga! di kertas itu tertulis ‘Siti’ dan tulisan yang lebih jelek dari tulisanku itu adalah tulisan bapakku

Ibu memungut sobekan kertas. Lalu menarikku keluar meninggalkan pak Yusuf yang belum berkata apa-apa itu

Ibu berjalan tergesa. Genggaman tangannya mengeras mengepal. Samar-samar aku mendengar ibu berbisik, seperti bicara dengan dirinya sendiri

Tak jelas apa yang ibu ucapkan. Entah itu “Aparat” atau “Keparat”, atau gabungan keduanya. Aku juga belum tahu artinya

Yang kutahu, surat dari bapak tak pernah datang lagi sejak itu.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: