Tontonlah serial Black Mirror episode The Entire History of You. Maka kau akan gusar, dan berharap ketika kau masuk ke selimut, waktu di luar nggak berjalan sedetik pun. Kamu akan membenci waktu, karena waktu akan membuat teknologi semakin canggih. Dan karena teknologi canggih akan membuat kita berada di situasi yang suangat paradoks. Di satu sisi kita jadi makin bebas dan luas akses, tapi di satu sisi kita terawasi, mudah dilacak, dikungkung.
Episode Black Mirror yang satu itu isinya tentang kisah cinta di masa depan. Masa ketika menyimpan kebohongan sama mustahilnya seperti mengemut sikut sendiri.
Semua yang kita lihat, apa yang kita dengar, terekam dengan sangat baik di chip yang ditanam di otak kita. Kita bisa memutar ulang rekaman itu. Putar tombol, scroll data memori kita, dan voila, ingatan kita diproyeksikan. Bisa di depan mata, ditembakkan ke tembok, atau diputar di layar tv. Duh, lebih ngeri dari zaman Soeharto gak sih?.
Fi adalah seorang istri. Liam, sang suami curiga betul kalau Fi ada main dengan pria yang mereka temui di sebuah pesta kecil. Sampai di rumah, Liam menonton ulang ingatannya, di zoom sana-sini demi memerhatikan ekspresi istrinya saat di pesta tadi.
“Not everything that isn’t true is a lie, Liam,” Fi lihai mengelak, kawan-kawan. Kata-katanya quotable pula
Tapi, di masa itu, sejago-jagonya mulut mengelak, rekaman memori juga lah yang akan menindak.
Liam mendatangi si cowok tertuduh peselingkuh itu. Liam memaksa si cowok itu menghapus segala memori tentang istrinya yang ada di kepalanya. Tentu, sebelumnya memori itu terpampang. Satu file video ditemukan, bisa jadi bukti kuat.
“Apakah anak kita adalah benar-benar anak kita? Aku tak percaya.”
Lalu Fi dipaksa memutar segala memori tentang si cowok itu. Ditemukanlah satu memori video yang mengungkap segalanya.
Pokoknya, di akhir cerita, Liam yang sebenernya cinta sama Fi mengutuk chip perekam tersebut.
Jadi, kenapa kita terobsesi pada rekaman memori? Dan, kalau memori bisa diputer-puter terus, bahkan bisa ditonton, apakah di masa depan nanti, ketika teknologi udah makin cuanggih, kita masih akan punya masa yang udah berlalu?
Tinggalkan Balasan