Ini adalah posting tersayang di blog yang baru saja saya rancang sejak siang tadi, dan hingga sekarang belum jelas juntrungannya. Masih belum sreg dengan desainnya. Tapi, mau mengutak-atiknya pun kemampuan saya terbatas adanya.
Saya memutuskan migrasi ke WordPress.com dengan alasan sederhana: Wp fitur-fiturnya lebih asik. Sebelumnya, saya sudah punya beberapa blog Wp sebenernya. Tapi bukan diperuntukkan untuk blog pribadi. Tiap kali pengin memindahkan blog dari Blogger ke Wp, selalu cemas akan banyak hal, seperti:
- Gue mau jadi orang yang setia. Termasuk sama blogging platform.
- Gue nggak mau menyerah. Walau sering dibikin keki oleh Blogger yang sulit sekali ditemukan template sesuai keinginan, gue akan terus mencari dan utak-atik kodenya.
- Pindah blog sama dengan mengiklaskan ratusan viewers yang sudah gue capai.
- WordPress walau pun fitur yang sudah disediakan itu asik. Tapi membatasi pengguna untuk mengutak-atik.
- dan sederetan alasan klise lainnya.
Tapi nyatanya, saya pun memutuskan untuk melakukan ini. Pindah! Di samping alasan-alasan teknis itu, yang bikin saya mantap untuk melakukan ini adalah motivasi untuk…. tidak meromantisir terlalu banyak hal.
Saya cinta blogger. Blogger adalah blog utama saya. Sudah saya pakai sejak saya kuliah. Dan saya sudah berjibaku sering sekali demi mendapatkan template desain yang sesuai. Tapi, sekarang ini Blogger sudah nggak bisa memenuhi kebutuhan (baca: ke-BM-an) saya dalam blogging. Bisa saja saya setia, loyal dan selalu cinta, tapi buat apa?
Saya pernah melewati masa berpusing-pusing memikirkan ungkapan “Love distort things” yang saya temui dari film Nymphomaniac. Menurut si maniak seks di film itu, cinta bikin segalanya berantakan. Apa iya?
Kita kan butuh cinta. Toh cinta itu menyenangkan.
Tapi, ada kalanya, dalam suatu keterikatan, ada momen-momen yang lebih terasa ngilu bin ngeli alih-alih menghangatkan. Yaitu ketika cinta diromantisir.
Romantisme cenderung hiperbola. Memoles perasaan. Mengagungkan segala yang sebenernya lebih asik jika apa adanya. Ada kalanya, karena termakan romantisme, kita mengabaikan esensi. Misalnya, kita butuh ini, tapi karena pengen begitu, jadinya tetap itu-itu saja.
Nah, kan. Rumit.
Sederhananya, saya sekarang akan mulai blogging di sini. WordPress ternyata seru! dan fitur yang sebelumnya saya kira cuma ada di Blogger, yaitu fitur Reading List, ternyata ada juga. Jadi, tetap bisa follow blog lain. Dan asiknya, di WordPress kita bisa saling “Like” dengan sesama pengguna.
Di tahap awal ini, saya akan coba merapihkan dulu tampilannya. Lalu mengurusi kategorisasi konten. Baru deh secara resmi memindahkan domain .com-nya ke blog ini.
Walau saya sudah menemui beberapa kekurangan (Wp punya WP Ads, jadi di posting blog kita tiba-tiba akan ada iklan dan seluruh penghasilan itu untuk Wp; lalu sebagai free user kita nggak bisa ngutak-atik HTML-nya) tapi saya sudah memilih untuk lanjut menekuni.
Ya, di luar cinta dan romantisme, hidup adalah soal pilihan!
Tinggalkan Balasan