Katanya,
Puisi, sebermulanya adalah bunyi, bukan aksara. Membuat puisi diiringi dengan membunyikannya. Puisi harus dibayangkan bisa dibunyikan atau tidak.
Tapi puisi juga penggambaran. Penggambaran suasana barangkali maksudnya.
Menjadi (sangat) peka dengan apapun yang terjadi adalah modal awal untuk memperkaya referensi metafora.
Puisi untuk dihayati bukan untuk dipahami,
-Indonesian Reading Festival, Sabtu 5 Desember 2015-
Di akhir sesi, kami diminta membuat puisi lalu peserta yang berani dipersilakan membacakannya di depan, untuk kemudian dinilai oleh Pak Sapardi.
Tinggalkan Balasan