INI HIDUP APA FILM
sebuah mixtape menghidupkan (lagu) film untuk memfilmkan hidup
Mana yang lebih dulu hadir, film drama atau drama kehidupan? Kalau dirunut secara logis, drama kehidupan lah yang pertama muncul. Karena, film drama itu mesti terinspirasi dari realita. Tapi coba lihat apa yang terjadi, tiap kali mengalami sebuah peristiwa yang sentimentil nan dramatis, pasti, di antara kesedihan, kepanikan dan atau penyesalan yang menjalar mendominasi perasaan, ada satu suara yang bergumam dalam diri kita “Duh, ini hidup atau film sih, dramatis banget.”
Drama kehidupan terasa seperti di film, begitu dramatis.
Tak jarang juga tiba-tiba kita mengingat sebuah adegan pada film, ketika kita mengalami drama serupa pada realita. Kita merasa menjadi seorang Rachel di film Something Borrowed, misalnya, saat merasakan kepedihan cinta di tengah hujan deras. Atau kita mengingat Peter Parker yang membutuhkan teman untuk berbagi saat mengalami perubahan besar yang mendadak.
Sadar tidak sadar, saat momen-momen film dramatis itu terjadi, komplotan malaikat penata musik seolah dihadirkan Tuhan. Seketika, lagu latar pada scene film tersebut menjadi soundtrack kita saat itu. How Could You gubahan The Triangel untuk Perahu Kertas mengiringi momen kekecewaan kita pada suatu hal. Lalu, Float mengumandangkan Sementara, menemani langkah semponyongan kita yang pulang dari perjalanan berat dan emosional.
“Dongeng aja bisa jadi nggak happy ending, apalagi realitas,” Kakaknya Kugy di film Perahu Kertas 2 sempat mengatakan ini. Tanpa perlu didramatisir, hidup sudah dramatis adanya.
Tapi tenang, sejauh ini, film drama popular selalu berujung bahagia. Saya yakin, pertimbangan itu dipilih bukan tanpa alasan. Sedramatis apa pun film, ia selalu menyakinkan penontonnya bahwa seberat apa pun konflik yang dilalui para tokohnya, selalu ada harapan untuk mencapai kebahagian.
Ada kalanya, kita memang perlu memanjakan sisi dramatis dan sentimentil pada diri saat konflik menimpa. Tapi, bukan berarti kita harus sampai tenggelam dan hanyut tak berdaya. Pastikan, sebanyak apapun kesedihan menodai hati, kita punya stok kebahagian untuk membilasnya.
Hoppa í poll Í engum stígvélum. Allur rennvotur (rennblautur). Í engum stígvélum. Og ég fæ blóðnasir. En ég stend alltaf upp
(Jump into puddles with no boots on. Completely drenched (Soaked). With no boots on. And I get a nosebleed. But I always stand up)
Seperti yang dilantunkan Sigur Ros di Hoppipolla yang mengisi adegan klimaks pada film We Bought a Zoo, luka tidak boleh jadi alasan kita untuk tidak (mencoba) bangkit.
Selamat menikmati kompilasi lagu-lagu film ini, kawan.
Menyukai ini:
Suka Memuat…
Tinggalkan Balasan